Kota Bogor
Kota Bogor ᮊᮧᮒ ᮘᮧᮌᮧᮁ | ||
---|---|---|
Kota di Jawa Barat, Indonesia | ||
| ||
Julukan: Kota Hujan | ||
Motto: Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga | ||
Koordinat: 6.6°S 106.8°E | ||
Negara | Indonesia | |
Provinsi | Jawa Barat | |
Tanggal peresmian | 3 Juni 1482 | |
Pemerintahan | ||
• Wali Kota | Bima Arya Sugiarto | |
• Wakil Wali Kota | Dedie A. Rachim | |
• Sekretaris Daerah | Syarifah Sofiah | |
Luas | ||
• Total | 118,50 km2 (45,75 sq mi) | |
• Darat | 116,13 km2 (44,84 sq mi) | |
• Air | 2,37 km2 (0,92 sq mi) | |
Peringkat luas wilayah | 61 | |
Populasi | ||
• Total | 1.075.457 jiwa | |
• Peringkat | 18 | |
• Kepadatan | 9.075/km2 (23,500/sq mi) | |
Demografi | ||
• Agama | Islam 93,23% Kristen 5,90% - Protestan 3,88% - Katolik 2,02% Buddha 0,73% Hindu 0,10% Konghucu 0,04%[1] | |
• Bahasa | Indonesia, Sunda | |
Zona waktu | WIB (UTC+07:00) | |
Kode pos | ||
Kode area | 0251 | |
Plat kendaraan | F | |
Kode Kemendagri | 32.71 | |
Jumlah kecamatan | 6 kecamatan | |
Jumlah kelurahan | 68 kelurahan | |
DAU | Rp 850.811.547.000,- (2020)[2] | |
IPM | 76,11 (2020) Tinggi[3] | |
Situs web | www |
Kota Bogor (aksara Sunda: ᮊᮧᮒ ᮘᮧᮍᮁᮧ) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 59 km² di sebelah Selatan DKI Jakarta, dan posisi wilayahnya berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Bogor sebanyak 1.075.457 jiwa, dengan kepadatan 9.075 jiwa/km2.[1]
Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan. Pada masa Kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg yang berarti tanpa kecemasan atau aman tenteram.
Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran.
Geografis
Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km.
Batas Wilayah
Iklim
Seperti wilayah lain di Indonesia, Bogor memiliki iklim tropis dengan tipe Hutan Hujan Tropis. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26 °C dengan suhu terendah 21,8 °C dan suhu tertinggi 30,4 °C.
Kelembaban udara ≥70%, curah hujan rata-rata setiap tahun di Kota Bogor sangatlah tinggi, yaitu sekitar 3.500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Januari, karenanya Kota Bogor dijuluki sebagai "Kota Hujan".[4]
Data iklim Bogor, Jawa Barat, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 34 (93) |
34 (93) |
33 (91) |
35 (95) |
34 (93) |
34 (93) |
34 (93) |
36 (97) |
37 (99) |
37 (99) |
36 (97) |
35 (95) |
37 (99) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 28.3 (82.9) |
28.5 (83.3) |
29.3 (84.7) |
30 (86) |
30.3 (86.5) |
30.2 (86.4) |
30.5 (86.9) |
30.9 (87.6) |
31.2 (88.2) |
30.7 (87.3) |
30.1 (86.2) |
29.6 (85.3) |
29.97 (85.94) |
Rata-rata harian °C (°F) | 24.7 (76.5) |
24.6 (76.3) |
25 (77) |
25.5 (77.9) |
25.5 (77.9) |
25.2 (77.4) |
25.2 (77.4) |
25.3 (77.5) |
25.6 (78.1) |
25.4 (77.7) |
25.4 (77.7) |
25.4 (77.7) |
25.23 (77.43) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 21.1 (70) |
20.8 (69.4) |
20.7 (69.3) |
21 (70) |
20.8 (69.4) |
20.2 (68.4) |
19.9 (67.8) |
19.7 (67.5) |
20 (68) |
20.2 (68.4) |
20.7 (69.3) |
21.3 (70.3) |
20.53 (68.98) |
Rekor terendah °C (°F) | 17 (63) |
17 (63) |
15 (59) |
16 (61) |
14 (57) |
12 (54) |
12 (54) |
13 (55) |
14 (57) |
15 (59) |
17 (63) |
16 (61) |
12 (54) |
Presipitasi mm (inci) | 442 (17.4) |
378 (14.88) |
385 (15.16) |
428 (16.85) |
354 (13.94) |
225 (8.86) |
216 (8.5) |
240 (9.45) |
295 (11.61) |
390 (15.35) |
378 (14.88) |
355 (13.98) |
4.086 (160,86) |
Rata-rata hari hujan | 26 | 22 | 23 | 24 | 20 | 13 | 11 | 15 | 17 | 19 | 21 | 22 | 233 |
% kelembapan | 83 | 80 | 81 | 82 | 77 | 73 | 70 | 74 | 75 | 81 | 80 | 79 | 77.9 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 136 | 154 | 197 | 240 | 260 | 250 | 287 | 290 | 256 | 248 | 196 | 145 | 2.659 |
Sumber #1: Climate-Data.org[5] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase[6] |
Sejarah
Kerajaan Tarumanegara
Kota Bogor dulunya adalah tempat berdirinya Kerajaan Tarumanagara di abad ke-5. Beberapa kerajaan lainnya lalu memilih untuk bermukim di tempat yang sama dikarenakan daerah pegunungannya yang secara alamiah membuat lokasi ini mudah untuk bertahan terhadap ancaman serangan, dan di saat yang sama adalah daerah yang subur serta memiliki akses yang mudah pada sentra-sentra perdagangan saat itu.
Kerajaan Sunda
Di antara prasasti-prasasti yang ditemukan di Kota Bogor tentang kerajaan silam, salah satu prasasti tahun 1533 menceritakan kekuasaan Prabu Surawisesa dari Kerajaan Sunda. Prasasti ini dipercayai memiliki kekuatan gaib dan keramat, sehingga dilestarikan sampai sekarang.
Kerajaan Sunda yang memiliki ibukota di Pajajaran diyakini terletak di Kota Bogor, dan menjadi pusat pemerintahan Prabu Siliwangi yang dinobatkan pada 3 Juni 1482. Hari penobatannya ini diresmikan sebagai Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor pada tahun 1973 dan diperingati setiap tahunnya hingga saat ini.
Zaman Kolonial Belanda
Setelah penyerbuan tentara Banten, catatan mengenai Kota Pakuan hilang, dan baru ditemukan kembali oleh ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeeck pada tahun 1687. Mereka melakukan penelitian atas Prasasti Batutulis dan beberapa situs lainnya, dan menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Kota Bogor.
Pada tahun 1745, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff membangun Istana Bogor seiring dengan pembangunan Jalan Raya Daendels yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Bogor direncanakan sebagai sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Dengan pembangunan-pembangunan ini, wilayah Bogor pun mulai berkembang.
Setahun kemudian, van Imhoff menggabungkan 9 distrik (Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur Limbangan, Dramaga, dan Kampung Baru) ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg.
Di kawasan itu van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal. Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, hingga puncak Gunung Salak, dan puncak Gunung Gede.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar